Tetes demi tetes air langit membasuh wajahku.
Membasahi tanah yang telah kering.
Bulir itu terpecah saat membentur bumi.
Setiap tetesnya mengandung rindu yang terpendam.
Tak dapat ku cegah segala rasa rindu yang kian mendesak.
Ingin segera kucurahkan atau sekedar ku ucap.
Mataku menerawang pada masa laluku.Membasahi tanah yang telah kering.
Bulir itu terpecah saat membentur bumi.
Setiap tetesnya mengandung rindu yang terpendam.
Tak dapat ku cegah segala rasa rindu yang kian mendesak.
Ingin segera kucurahkan atau sekedar ku ucap.
Dimana aku dengan tanpa segan melompat pada punggung tegapmu.
Dimana aku dengan lantang meminta mainan atau sekedar merengek minta dibelikan permen lolipop.
Aku tersenyum dalam lamunku.
Masih ku ingat jelas garis tegas rahangmu menjadikan engkau semakin tampan.
Masih pula ku rekam suara tegasmu namun penuh kasih.
Atau tentang kekarnya tanganmu yang dengan mudah mengendongku atau sekedar menaikkan ku pada kursi yang tinggi.
Aku mengingat kembali kecup bibirmu di pipiku.
Terasa hangat hingga hatiku bergetar.
Aku selalu tertawa kala kumis tipis yang terhias diantara hidung dan mulutmu menyentuh pipiku.
Membuat aku geli hingga tertawa.
Aku kembali teringat belai tanganmu di antara helaian rambutku mengantarkan aku pada alam mimpi.