Jumat, 15 Agustus 2014
aku bukanlah anak yang mampu dalam ekonomi. namun aku mampu dalam berusaha, semangatku menggapai cita-cita sering kali dipatahkan oleh ekonomi. namun, aku berusaha menjadi orang yang selalu berusaha dan berusaha untuk mematahkan ekonomi sehingga tidak ada lagi batasan yang akan mematahkan semangat teman-temanku.
Senja sore aku sangat menikmati sekali mentari terbenam, seringkali aku menangis dan mengatakan: “mentari kau terbit dari ufuk timur dan terbenam pada ufuk barat, kau sendiri namun menyinari, kau sungguh tegar. aku ingin seperti mu, meski aku tak mempunyai apa-apa namun aku ingin sekali menjadi sumber kebahagiaan untuk di sekelilingku”.
Aku takut dengan hidup yang terus-menerus seperti ini, disamping rasa takutku ada kekuatan cinta dari tuhan dan keluargaku sehingga aku menumbuhi rasa semangat yang terus aku tanam dalam diri ini. aku, perempuan namun aku harus tegas pada diriku sendiri. aku tidak boleh memelas, manja dan pasrah dalam hidup, tapi aku harus berusaha…
Seringkali aku menangis: “tuhan, ridhoi aku”
Aku selalu berkata dalam setiap apa yang aku kerjakan.
jika aku melakukan hal yang salah, hatiku akan mencegah, dan aku berfikir. “inilah, jawaban dari doa’a ku agar tuhan meridho’i ku”.
Beberapa tahun kemudian…
Aku kini masih seperti dulu sederhana namun tegas, setidaknya kini aku memiliki kebebasan finansial
“dalam sebuah usaha pasti akan jatuh dan naik, jika jatuh bangkit dan bangkit lagi, jika ada seseorang yang meremehkan biarkan, jika kita sendiri tetaplah menjadi mentari karena mentari pun sendiri namun ia bisa menyinari, setiap orang memiliki batasan apalagi jika batasan itu mengenai ekonomi kita harus bisa mematahkan memang sulit tapi itu PASTI, jangan takut akan keadaan karena kita sendiri biasa merubah keadaan kita dan yakin akan ada ridho tuhan serta cinta tuhan”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar